- Mendisiplinkan Karyawan
Jika kita mendengar
kata disiplin kerja sering kali kita menghubungkannya kepada hukuman atau
sanksi dan pelanggaran. Tetapi lebih dari itu disiplin memiliki makna yang
lebih luas. Disiplin adalah tindakan yang dilakukan seorang atasan untuk
membentuk, memperbaiki dan meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap
karyawan dalam melaksanakan peraturan dan standar organisasi. Disiplin perlu
dilakukan untuk memenuhi tiga tujuan, yaitu: Pembentukan sikap kendali diri
yang positif. Tujuan utama dari disiplin. Seorang karyawan yang memiliki
kendali diri positif sangat diharapkan oleh organisasi. Tanpa adanya peraturan
pun secara otomatis ia sudah mendisiplinkan diri sendiri. Sebagai contoh,
karyawan yang bekerja tetap waktu, sadar untuk menghasilkan produk yang
berkualitas tanpa perlu banyak diatur oleh atasannya.
Pengendalian kerja.
Agar pekerjaan yang dilakukan oleh para karyawan lebih efektif dan sesuai
dengan tujuan organisasi maka dilakukan pengendalian kerja dalam bentuk pemberlakuan
peraturan perusahaan, standar dan tata tertib organisasi. Perbaikan sikap.
Dilakukan dengan menggunakan kegiatan orientasi, pelatihan, pemberlakuan
sanksi, dan sebagainya untuk karyawan yang dirasakan belum memenuhi standar dan
peraturan perusahaan. Mc Gregor (1967), menjelaskan dalam bukunya, bahwa
disiplin akan bekerja dengan baik apabila memenuhi empat prinsip yang
disebutnya sebagai Prinsip Tungku Panas (The Hot Stove Rule), yakni: Adanya
pemberitahuan awal bagi para karyawan mengenai hal-hal yang terkait dalam
disiplin kerja, sebelum mereka melakukan tindakan indisipliner. Beberapa
penerapan yang dapat dilakukan manajer adalah dengan memberikan orientasi
mengenai hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan untuk para karyawan baru,
distribusi peraturan perusahaan untuk semua karyawan dan pelatihan-pelatihan
untuk meningkatkan kinerja karyawan. Segera, merupakan prinsip kedua. Dampak
dari tindakan indisipliner yang dilakukan seorang karyawan akan efektif jika
sesegera mungkin didapatkan oleh yang bersangkutan.
Semakin cepat
tindakan yang diberikan oleh atasan kepada karyawan tersebut, semakin efektif
penerapan disiplin yang dilakukan. Prinsip ketiga adalah konsisten, perlakuan
yang adil atas pendisiplinan karyawan dalam bentuk konsistensi tindakan akan
berpengaruh terhadap efektivitas disiplin kerja. Yang terakhir adalah
impersonal, bahwa tindakan disiplin akan melihat kepada apa yang dilakukan oleh
karyawan, bukan kepada siapa yang melakukannya. Peraturan yang ada berlaku atas
seluruh lapisan organisasi,mulai dari top management sampai dengan para
pelaksana. Keempat prinsip di atas menjadi dasar penerapan disiplin yang akan
dilakukan oleh seorang atasan terhadap para bawahannya. Selanjutnya, berikut
ini adalah langkah-langkah yang perlu dilakukan seorang atasan dalam menerapkan
tindakan disiplin bagi karyawan bermasalah:
1. Mengumpulkan
informasi Faktor-faktor di bawah ini perlu menjadi pertimbangan atasan sebelum
mendisiplinkan bawahan. Keseriusan persoalan yang dihadapi. Seberapa fatal
akibatnya bagi organisasi. Apa dampak dari perbuatan karyawan tersebut terhadap
lingkungan kerja . Jangka waktu persoalan tersebut. Prinsip pertama di atas
menjelaskan bahwa disiplin akan efektif jika sesegera mungkin dilakukan kepada
karyawan yang bermasalah tersebut. Frekuensi dan kejelasan persoalan yang
terjadi. Apakah persoalan ini sering terjadi. Apakah karyawan lain pernah
melakukan persoalan yang sama. Pernahkan persoalan tersebut dicoba untuk
diatasi. Sejarah karyawan yang bemasalah. Lama kerja, sejarah promosi, keadaan
ekonomi, imbal jasa yang didapat, pelatihan yang pernah didapat, dan informasi
lain yang berkaitan dengan karyawan tersebut sangat bermanfaat bagi tindakan
yang akan dilakukan. Tindakan apa saja yang pernah diberikan kepada yang
bersangkutan atas persoalan tersebut. Lingkungan kerja. Sarana kerja,
kemutakhiran peralatan, hubungan antar karyawan dan sebagainya perlu juga
diperhatikan sebagai informasi dan pertimbangan. Wewenang yang dimiliki oleh
atasan yang bersangkutan apakah sesuai dengan keputusan yang akan dikeluarkan.
Dampak dari tindakan yang akan diberikan terhadap kinerja organisasi. Dukungan
manajemen. Apakah atasan mendapat dukungan dari manajemen.
2. Melakukan pembicaraan secara individu. Sasaran
atasan dalam mendisiplinkan karyawan adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan
kinerja sesuai peraturan, bukan untuk membuat malu karyawan tersebut.
3. Spesifik terhadap
persoalan yang ada. Kejelasan akan persoalan yang terjadi perlu spesifik
mencakup : apa, kapan terjadi, dan siapa saja yang terlibat.
4. Memperhatikan faktor
non verbal seperti : kejelasan bicara, bahasa tubuh. Atasan harus menyelaraskan
faktor non verbal tersebut dengan situasi yang ada.
5. Tetap mempertahankan
prinsip impersonal. Mendisiplinkan karyawan selalu mengarah kepada peningkatan
sikap yang baik. Pendisiplinan bukan dilakukan dengan melihat siapa yang
melakukan tetapi persoalan apa yang perlu diselesaikan.
6. Menjadi pendengar yang baik. Di dalam
mendisiplinkan karyawan, atasan sebaiknya tidak emosional dan tetap memegang
kendali.
7. Mencari jalan keluar
bersama. Meliputi komitmen bersama dengan meminta pertanggung jawaban karyawan
dan mendiskusikan tindak lanjut yang perlu dilakukan.
8. Memberikan tindakan sesuai dengan persoalan
yang terjadi. Displin bertahap atau progresif menjelaskan perlunya
pendisiplinan secara bertahap, dimulai dari yang lebih halus seperti teguran
lisan sampai dengan pemberian skorsing. Di samping itu pemberian tindakan
disesuaikan dengan konsekuensi yang layak dengan apa yang dilakukan, sesuai
dengan peraturan organisasi.
9. Memberikan catatan-catatan terhadap apa yang
dibicarakan. Informasi-informasi yang ada sebaiknya tercatat sehingga dapat
digunakan jika sewaktu-waktu dibutuhkan.
10. Mendapatkan kesepakatan bersama. Kesepakatan
bersama akan tindakan yang akan dilakukan oleh atasan perlu ada, untuk
menumbuhkan rasa aman dan percaya bawahan akan keadilan yang
diperolehnya.
11. Memonitor tindak
lanjut dari tindakan tersebut. Tindakan disiplin yang diberikan oleh atasan
bukan merupakan hasil akhir dari suatu persoalan, melainkan suatu awal dari
proses peningkatan kualitas kerja karyawan. Oleh karena itu atasan perlu
memonitor hasil tindak lanjut tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar